Ujian Nabi Yusuf Alaihis Salam Saat Dipenjara
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yala Kurnaedi
Ujian Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam Saat Dipenjara adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 12 Rabiul Awal 1446 H / 16 September 2024 M.
Kajian Tentang Ujian Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam Saat Dipenjara
Ujian ketiga yang dihadapi oleh Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam adalah ketika beliau berada di penjara. Nabi Yusuf dipenjara tanpa kesalahan apa pun yang dilakukan. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Yusuf ayat 35:
ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّىٰ حِينٍ
“Kemudian setelah mereka melihat tanda-tanda (kebenaran), mereka memutuskan untuk memenjarakannya hingga waktu tertentu.” (QS. Yusuf [12]: 35)
Nabi Yusuf dipenjara karena didzalimi, padahal beliau seorang laki-laki yang tidak bersalah dan terbebas dari semua tuduhan. Semua orang mengakui kesucian beliau. Meski begitu, mereka tetap menetapkan keputusan yang dzalim dengan memenjarakannya. Ini adalah kedzaliman yang besar, dan kezaliman merupakan hal yang haram.
Dalam hadits disebutkan bahwa kedzaliman akan menjadi kegelapan pada hari kiamat. Dalam hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُم مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan Aku telah menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling mendzalimi.” (HR. Muslim)
Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang sahih riwayat Muslim:
اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Takutlah dari kedzaliman, karena kedzaliman itu adalah kegelapan-kegelapan (hal-hal yang bisa menjegal) di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an juga mengancam orang-orang yang dzalim. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Asy-Syu’ara ayat 227:
…وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
“Dan orang-orang yang dzalim kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 227)
Dalam surah Ibrahim ayat 42, Allah Ta’ala juga berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.” (QS. Ibrahim [14]: 42)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ
“Sesungguhnya Allah memberikan penangguhan bagi orang yang dzalim, sehingga ketika Allah adzab, Dia tidak akan melepaskannya.”
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca firman Allah dalam surah Hud ayat 102:
وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Dan begitulah adzab Tuhanmu ketika Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras.” (QS. Hud [11]: 102)
Pada hari kiamat, semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya. Setiap orang yang didzalimi akan mengambil haknya dari orang yang mendzaliminya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ
“Sungguh, hak-hak itu akan dikembalikan kepada pemiliknya pada hari kiamat, sampai kambing yang tidak bertanduk akan membalas kambing yang bertanduk.” (HR. Muslim)
Sebelum datang hari kiamat, tunaikanlah hak kepada yang berhak, karena jika tidak, Allah akan memberikan adzab dan sanksi. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengembalikan hak kepada pemiliknya, bahkan sampai kepada hewan. Kambing yang tidak punya tanduk akan dibalas oleh kambing yang bertanduk. Jika hewan saja diperlakukan demikian, bagaimana dengan manusia?
Orang dzalim pasti akan menyesal pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Furqan ayat 27:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ
“Dan ingatlah hari ketika orang yang dzalim menggigit kedua tangannya (karena menyesal).” (QS. Al-Furqan [25]: 27)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda kepada Mu’adz bin Jabal:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap doa orang yang terdzalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Terdapat kisah tentang Sa’id bin Zaid yang pernah dituduh oleh seorang wanita bernama Arwa binti Uwais. Wanita itu menuduh Sa’id bin Zaid telah meng-ghasab sejengkal tanahnya. Ketika perkara ini diajukan kepada Marwan bin Hakam, wanita tersebut terus mendzalimi Sa’id bin Zaid tanpa meminta maaf. Akhirnya, Said bin Zaid berdoa kepada Allah:
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً فَأَعْمِ بَصَرَهَا وَاقْتُلْهَا فِي أَرْضِهَا
“Ya Allah, jika wanita ini berdusta, butakan matanya dan matikan dia di tanahnya.”
Akhirnya, wanita tersebut meninggal dunia di dekat rumahnya setelah matanya buta dan tubuhnya terjatuh ke dalam lubang. Perawi menyebutkan bahwa wanita itu tidak bisa berjalan kecuali dengan menempel di dinding.
Benarlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang doa orang yang didzalimi:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab antara doa itu dan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Contoh lain adalah doa Imam Ahmad bin Hanbal. Pada masa beliau, ada dua orang bernama Ahmad. Yang pertama adalah Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hanbal, sedangkan yang kedua adalah Ahmad bin Abi Duad, seorang Mu’tazilah. Karena Ahmad bin Abi Duad, Imam Ahmad dipenjara. Ahlul Bid’ah ketika berada diatas, mereka sangat benci kepada Ahlus Sunnah, dan para ulama diuji dengan tuduhan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Imam Ahmad bin Hanbal tetap teguh mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, meskipun disiksa dan dicambuk dengan cambukan yang sangat keras. Dikatakan bahwa jika cambukan tersebut diarahkan pada unta, unta itu akan roboh dan mati. Tubuh Imam Ahmad dijahit karena luka-lukanya. Semua ini terjadi akibat ulah Ahmad bin Abi Duad, orang yang memfitnahnya. Imam Ahmad kemudian berdoa kepada Allah, “Ya Allah, dengan sebab dia aku dipenjara, maka penjarakanlah dia.” Allah mengabulkan doa Imam Ahmad.
Ahmad bin Abi Duad kemudian menderita penyakit mati sebelah. Orang-orang yang mengunjunginya bertanya, “Wahai Ibnu Abi Duad, apa yang menimpa Anda?” Ia menjawab, “Ini akibat doa Imam Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, bagian kanan tubuhku, seandainya seekor lalat hinggap di situ, aku merasa seakan-akan gunung-gunung besar runtuh menimpaku. Demi Allah, sementara bagian kiri tubuhku, meskipun dicincang-cincang dengan alat yang tajam, aku tidak merasakan apa-apa.”
Ini menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Takutlah kalian terhadap doa orang yang terdzalimi, karena tidak ada penghalang antara doa tersebut dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54488-ujian-nabi-yusuf-alaihis-salam-saat-dipenjara/